Filosofi dari sebatang pensil ini saya kutip
langsung dari dosen saya yang kebetulan pada waktu itu rela membagi waktu nya
untuk berbagi cerita dengan kami. Beliau
pernah mengalami fase dimana hidup seperti sulit untuk di lanjutkan alias putus
asa, sampai suatu ketika teman sekaligus mentor nya di kampus memberikan
gambaran tentang sebatang pensil. Mentor tersebut bercerita tentang filosofi
mengenai sebatang pensil dan dosen saya pun tersentak dan tersadar atas lamunan
nya selama ini dan mulai berubah kearah yang lebih baik. Apakah rahasia
filosofis dari sebatang pensil, Penasaran ?
Mari kita membaca nya bersama check this out !!!
Sebatang pensil menggambar kan kehidupan kita
mengapa ?
Pensil yg biasa kita gunakan untuk menulis baru bisa di gunakan apabila di raut terlebih dahulu...
Nah dalam hal ini pensil yg akn diraut ibarat lubang maut yg kapan saja dapat merenggut nyawa dari ibu kita, ini menggambarkan orang tua kita terutama ibu kita yg mempertaruh kan hidup nya untuk melahirkan kita ke dunia ini.
Pensil yg biasa kita gunakan untuk menulis baru bisa di gunakan apabila di raut terlebih dahulu...
Nah dalam hal ini pensil yg akn diraut ibarat lubang maut yg kapan saja dapat merenggut nyawa dari ibu kita, ini menggambarkan orang tua kita terutama ibu kita yg mempertaruh kan hidup nya untuk melahirkan kita ke dunia ini.
Pensil yg di raut tidak akan langsung cepat lancip
melainkan akan tumpul bahkan bisa pula menjadi patah.
Kisah ini sama hal nya dengan hidup kita, semua
orang di dunia ini pasti ingin hidup nya bahagia dan untuk meraih kebahagiaan
itu tidak lah mudah. Mungkin kita akan mendapati banyak cobaan hidup yang pada
akhir nya menentukan kualitas hidup kita yang sesungguh nya.
Seperti sebatang pensil yang terus menerus di raut
dan tidak pernah lancip sampai pensil itu pun akhirnya habis teraut.
Ini menggambarkan tentang hidup manusia yang selalu
menyianyiakan kesempatan hidup yang telah di berikan oleh Tuhan kepada nya
dengan tidak memberikan dampak positif melainkan dampak negative sampai akhir
hayat nya dan jika sudah begini hanya penyesalan lah yang tersisa.
Seperti hal nya sebatang pensil ketika sudah lancip
dan banyak di gunakan orang dengan sendiri nya akan meninggalkan serpihan -
serpihan yg terserut oleh alat peraut pensil yang awal nya merupakan bagian
dari pensil tersebut sebelum bisa di gunakan oleh banyak orang.
Begitupun manusia terkadang ketika sudah diatas dan
dikenal banyak orang biasanya mereka lupa terhadap orang tua yang telah
berhasil menjadikannya orang besar, mereka merasa kesuksesannya itu adalah
hasil dari upaya mereka sendiri yang menjadikannya angkuh dan sombong.
Seperti sebatang pensil yang apabila akan di
patahkan ujung nya tidak bisa langsung begitu saja melainkan harus dimulai dari
batang nya.
Sama hal nya dengan manusia, apabila sudah berada
di atas tentu akan banyak orang yang tidak suka dengannya, bahkan sampai ada
yang ingin menjatuhkannya. Ketika itu terjadi orang tua lah yang memasang badan
paling depan untuk membela anak nya, meskipun perlakuan anak terkadang tidak
sebanding dengan jasa orang tua yang telah membesarkannya dan membuat nya
menjadi orang besar.
Seperti sebatang Pensil yang di raut lalu serpihan -
serpihannya terbuang dan tidak akan bisa serpihan itu kembali menjadi bagian dari pensil yang awal
nya utuh.
Seperti itu lah kasih sayang orang tua, rela
berkorban untuk anaknya meskipun tidak akan bisa seorang anak membalas kasih
sayang orang tua sampai kapan pun.
Semoga
ini bisa menjadi renungan buat kita semua yang membacanya bahwa kasih sayang
orang tua terhadap anak nya tidak bisa di ukur oleh apapun, maka bahagiakanlah
orang tua kita selama mereka masih hidup, buat mereka benar – benar merasa
bangga sebelum kita di pisahkan oleh mereka.